Ramadhan menjadi momen yang disambut gembira oleh kaum
Muslimin, karena bulan ini merupakan bulan yang penuh keutamaan dari
bulan-bulan yang lainnya. Namun di Ramadhan kali ini yang ada justru
penderitaan yang tak kunjung usai. Bahkan sebagian kaum Muslimin menyambut
Ramadhan dalam ketertindasan.
Hal tersebut disampaikan Pengelola Rumah Qur'an Muadz
Al-Muqri Bogor, Ustadzah Nurhasanah, S.P., dalam Kajian Muslimah: Nestapa
Umat Islam di Tahun Ini, Bagaimana Menghentikannya, Sabtu, (24/03/2024) di Masjid
An-Nur, Depok.
“Di Palestina, kaum Muslim berada dalam dua ancaman
yakni genosida dan kelaparan. Seruan pembunuhan terhadap warga Gaza terus
digencarkan oleh para pemimpin zionis Yahudi. Nasib memilukan juga dialami
Muslim Uighur yang hidup dalam tekanan rezim komunis Cina,” tambahnya di
hadapan puluhan peserta.
Ia pun menambahkan, bahwa itu semua akibat
diterapkannya paham nasionalisme di sejumlah negeri sehingga sebagian kaum
Muslim dan para pemimpin negeri Islam lainnya bersikap tidak peduli.
“Akibat dari sekat-sekat nasionalisme, kaum Muslimin
akhirnya bersikap egois, ’ashabiyah, tidak peduli dan menahan diri dari
menolong mereka yang membutuhkan merupakan hal yang diharamkan oleh syara' yang
dapat membinasakan pahala puasa. Terlebih sikap tak acuh itu malah ditunjukkan
terutama oleh para pemimpin Dunia Islam, khususnya para pemimpin Arab,”
bebernya.
Lanjutnya, para pemimpin dunia Islam telah lama
menjadi penguasa boneka yang tunduk pada arahan politik Barat. “Oleh karenanya,
umat haruslah sepenuhnya sadar bahwa berbagai penderitaan yang mereka alami
hanya bisa dibebaskan dengan kekuatan mandiri di bawah kepemimpinan Khilafah
Islamiyah,” jelasnya.
Ia pun menegaskan, kebutuhan umat akan institusi
Khilafah Islamiyah adalah mutlak. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW
"Sungguh Imam (Khalifah) adalah perisai; orang-orang berperang di belakang
dia dan berlindung kepada dirinya" (HR Muslim). []Farabella
Post a Comment