Di hadapan puluhan anggota Komunitas
Muslimah Menulis (KKM) Depok, Jurnalis Joko Prasetyo menegaskan bahwa akar
masalah dari kasus Rempang karena diterapkannya sistem demokrasi.
“Akar masalah pada kasus Rempang adalah karena
diterapkannya sistem kufur demokrasi,” ungkapnya dalam kelas Training
Jurnalistik: Penulisan Reportase, Jumat (22/9/2023) di grup WA KMM Depok.
Jurnalis yang kerap dipanggil Om Joy ini
menambahkan bahwa sistem demokrasi adalah sistem jebakan kafir penjajah. Sistem
tersebut melegalkan pengelolaan sumber daya alam yang hasilnya melimpah di
negeri kaum Muslim oleh swasta, asing bahkan kafir penjajah seperti AS dan Cina
dengan dalih investasi dan privatisasi.
Maka tidak aneh, bila pemerintah menggusur
penduduk Pulau Rempang agar perusahaan asal Cina dapat menambang pasir silika
dan membangun industri hilirisasi pasir silika di Pulau Rempang, Pulau Galang,
Pulau Dabo, dan Pulau Singkep.
“Jika sistem demokrasi tetap diterapkan
masalah serupa pun akan berulang bahkan ke depannya mencapai 99,99 persen bisa
terjadi meski rezim berganti. Sebelumnya ada kasus Wadas, Sangihe dan lainnya,”
tegasnya.
Padahal, menurutnya, dalam Islam barang
tambang yang hasilnya melimpah termasuk tambang silika dan industri
hilirisasinya di Pulau Rempang, Pulau Galang, Pulau Dabo, dan Pulau Singkep termasuk
dalam kepemilikan umum (milkiyyah ammah).
“Hukumnya haram jika menyerahkan
pengelolaanya pada swasta, asing apalagi negara kafir seperti AS dan Cina. Yang
seharusnya 100 persen dikelola oleh pemimpin negara Islam yakni khalifah,”
ungkapnya.
Keuntungannya, ujar Om Joy, semua
dikembalikan kepada umat atau rakyat negara khilafah. Pembagiannya bisa berupa
barang, uang atau disalurkan untuk insfratruktur atau operasional pendidikan
dan kesehatan. Sehingga semua rakyat miskin ataupun kaya bisa memperoleh
pelayanan tersebut dengan murah bahkan gratis.
“Tapi karena kafir penjajah mengetahui hal
itu, mereka melalui kaki tangannya mencap kaum Muslim yang menyadarkan Islam
dengan ekstrimis, radikal, teroris. Bahkan mereka bisa sampai mempersekusi,
mengkriminalisasi dan membunuhnya,” bebernya.
Oleh karenanya, ujarnya, jika ingin
merdeka dari penjajah gaya baru ini, tidak ada pilihan kecuali berjuang menerapkan
syariat Islam dalam naungan khilafah.
Ia pun menyemangati para penulis untuk
istiqamah berjuang menerapkan syariat Islam dalam naungan khilafah.
“Tetap istiqamah menyampaikan kebenaran
Islam, membongkar kebusukan sistem kufur, hingga datang pertolongan Allah SWT
dengan tegaknya khilafah Rasyidah kedua. Dan kita kembali menghadap Allah dalam
keadaan husnul khatimah, atau sahid. Amiin,” pungkasnya.[] Uliani Mahmudi
Post a Comment